Minggu, 09 Maret 2014

Cerpen


Tugas Bahasa Indonesia " membuat cerpen "

*Kisah Ku*
Dalam goresan pena : Musdalifa.K
Sabtu, 27 September 1997, hari di mana aku bisa menghirup udara bebas. Hari di mana aku terlahir ke dunia ini. Dari rahim  seorang wanita cantik dan amat mulia, yang sering ku panggil dengan sebutan ibu. Aku merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Itu artinya aku mempunyai seorang kakak dan dua orang adik. Musdalifa.K, itulah nama indah yang diberikan kepadaku. Kakakku bernama Yusuf. Dan kedua adikku bernama Yusri dan Tika. Dan dengan bantuan seorang pria dewasa yang kerap ku panggil dengan sebutan ayah aku dibesarkan menjadi anak perempaun yang manis, ceria, dan penuh semangat. Walau aku bukan terlahir dari orang tua yang kaya raya dan serba mewah, tapi aku bersyukur dan bahagia telah terlahir dari keluarga yang sederhana. Bagiku, keluargaku adalah harta yang paling berharga yang telah ku miliki.
 Sejak duduk di bangku SD kelas IV, aku mulai mengenal akan diriku sendiri. Tujuan mengapa aku harus melakukan itu dan mengapa aku tidak boleh melakukan hal ini sedikit demi mulai ku mengerti. Aku juga mulai mengerti arti seorang teman, bukan hanya sebatas seseorang yang bisa diajak untuk bermain. Tapi, juga sebagai  tempat untuk berbagi suka dan duka.
Hari demi hari berlalu, kini aku sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama kelas VII. Setiap hari aku ke sekolah dengan menggunakan angkutan umum. Suatu hari, aku bertemu dengan seorang gadis saat berada di atas angkutan umum. Sama sepertiku, dia juga ingin pergi ke sekolah. Aku merasa tidak asing lagi melihatnya. Yah, aku baru ingat ternyata dia juga merupakan siswi di SMPku. Namun, seperti biasa aku hanya diam dan tak mangatakan apapun. Tiba-tiba, dia menanyakan sesuatu padaku, spontan aku menganggukkan kepala tanda meng-iyakan pertanyaannya walaupun sebenarnya aku tak paham dengan apa yang dia katakana *hehe…*. Semenjak hari itu kami menjadi akrab. Walaupun berbeda kelas tapi itu tidak menjadi penghalang untuk membuat kami menjadi lebih akrab. Anthi namanya, dia adalah gadis yang cantik dan baik. Usianya sama denganku. Dia sangat baik padaku. Dan waktu pun terus berputar, akupun melewati hari-hari berikutnya dengan senyuman dan berharap semuanya akan berjalan lancar.
*Oh iya…. * saat SMP aku mulai merasakan bagaimana susahnya mencari uang. Bagaimana lelahnya menjajahkan  kantong kepada para pembeli di pasar yang harganya hanya seribuan. Tapi, sering kali ada pembeli yang berbaik hati memberikan uang lebih kepadaku dan rasanya bahagia sekali meskipun tak seberapa. Atau bagaimana susahnya menawarkan jasa angkat barang kepada para pembeli yang sedang berbelanja banyak. Dan kemudian menemaninya berkeliling pasar untuk mencari barang yang dibutuhkan *yah, tak terbayangkan bagaimana lelahnya berkeliling pasar sambil memegang beberapa kantong belanjaan, cukup melelehkan rasanya, hehe..*. Berhubung rumahku cukup jauh dari pasar, jadi tidak setiap hari aku bisa ke pasar untuk menjual kantong belanjaan. Biasanya aku baru ke pasar saat bulan Ramadhan tiba. Waktu liburan dua minggu saat bulan Ramadhan ku gunakan untuk cari uang tambahan untuk bayar buku atau untuk keperluanku yang lain. Karena pada waktu itu, biasanya pasar selalu ramai dengan pembeli. Terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri, bisa-bisa sampai malampun pembeli belum juga sepi, masih saja ramai.
Dan sejak itu pula, aku makin sadar betapa kedua orang tuaku mencintaiku. Jika tidak, mana mungkin mereka mau banting tulang demi biaya sekolahku. Kadang, aku sering berkhayal jika aku punya banyak uang maka aku akan bahagiakan kedua orang tuaku, aku akan memberangkatkan kedua orang tuaku ke tanah suci, aku akan bangun rumah yang cukup untuk kami berenam, dan selebihnya akan ku belikan untuk buku-buku yang ku butuhkan dan keperluan lainnya.
Waktu begitu cepat berlalu, sekarang aku sudah berumur 16 tahun. “Harusnya aku bisa lebih dewasa,” begitu kata kebanyakan orang. Tapi, memang benar dengan bertambahnya usiaku ini harusnya aku bisa menjadi seseorang yang lebih dewasa, bukan cuma tingkah lakuku yang harus dewasa tapi  juga pikiran dan segala ucapanku. Dengan usiaku yang sudah 16 tahun,  sekarang aku duduk dibangku Sekolah Menengah Atas kelas XI. Jenjang sekolah yang lebih tinggi, setelah aku menyelesaikan 3 tahun di Sekolah Menengah Pertam. SMA Negeri 15 Makassar, adalah tempatku sekarang menimba ilmu. Tempat di mana aku berbagi suka dan dukaku. Tempat di mana aku bisa menepiskan sedikit rasa rinduku kepada sahabat-sahabat lamaku yang kini tak lagi bersamaku.
Kini aku bersaha untuk berpikir lebih cerdas, berpikir untuk ke depan yang lebih baik lagi. Aku mulai berpikir penghasilan ayahku yang hanya seorang pedagang kaki lima dan ibuku yang hanya seorang ibu rumah tangga mungkin tak akan cukup untuk untuk biaya sekolah kami berempat dan juga biaya untuk kebutuhan sehari-hari kami. Oleh karena itu, aku dan kakakku berpikir untuk melakukan sebuah usaha yang dapat memberikan kami uang tambahan. Dan akhirnya kami memutuskan untuk usaha jual-beli pulsa yang sampai sekarang ini masih ku tekuni. Yah, meskipun keuntungannya tak seberapa tapi setidaknya dapat membantuku dalam membayar uang LKS *hehe.. kan lumayan*. Dengan teman-temanku yang pengertian, maka usaha pulsaku pun dapat berjalan lancar. Mereka selalu membeli pulsa padaku. Aku sangat bersyukur dan berterima kasih mempunyai teman-teman baru yang sangat baik dan juga ramah.
Kini aku menjadi bagian dari XI.IPA.5. Walaupun saat pertama kali masuk, aku merasa menjadi orang asing, yang  bagaikan teresat di antara kerumunan orang banyak yang sama sekali tak ku kenal. Namun dengan berjalannya waktu, lambat laun kami bisa menyatu.
Dengan 29 watak yang berbeda-beda, namun membuat kami unik. Dimulai dari ketua kelas yang tidak banyak bicara, tegas, tapi asik juga *hehe…*, Pharenk namanya. Ada juga wakil ketua kelas yang alay, cuek sama orang yang belum terlalu dia kenal, tapi aslinya dia baik kok *hehe..*, itu Sinthia namanya. Ada Mita yang selalu rapi. Regitah yang pendiam. Ada Gita yang katanya mirip Youna SDSN *personil girlband korea, hehe…*. Ada juga Cindy yang sering datang ke sekolah dengan mata pandanya yang lucu *yang satu ini tidak mau kalau ada orang yang kalahkan mata pandanya, hehe…*. Ada lagi sang vokalis band dan sekaligus story teller, Inchi namanya *dia sering loh jadi juara, waw menakjubkan*. Ada Ayuna yang alim dan kepengen jadi vampir nih *entah mengapa dia sangat ingin jadi vampir, akupun tak mengerti, hehe..*. Ada juga nih orang yang duduk di sebelahku, dia seorang debater dan juga menjabat sebagai Ketua Osis, Aisyah namanya*wah, hebat yah, hehe…*. Dan masih banyak lagi, ada Ophie, Nurul, Uci, Uni, Ashar, Dhiya, Eka, Ridhwan, Ismu, Ita, Dewi, Renny, Umma, Arief, Tegar, Daffa, Diba, Fifi, Rara, dan aku sendiri.
Namun, banyak orang yang berkata “Perbedaan itu indah”. Dan itu sejalan dengan kami, kami selalu berusaha membuat perbedaan itu menjadi indah. Menjadi kenangan saat kami nantinya berpisah karena kami yakin setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Itulah kehidupan, diwarnai oleh banyak kisah. Mulai dari kisah sedi, senang, susah, bahagia, terharu, ada saat kita bertemu, da nada pula saat di mana kita harus berpisah.